Skripsi dan Teori Akuntansi, Manajemen Keuangan

Google

Sunday, February 10, 2008

INVEST DI DAERAH (AKAN) SEMAKIN MUDAH, 24 STRATEGIC CHANGE LEADERS

Perubahan pola pikir (mindset) ini menjadi penting karena menurut riset di Gorontalo kapasitas manajemen kewirausahaan dan budaya organisasi secara signifikan mempengaruhi kinerja pemerintah daerah. Setiap 100 persen perubahan yang terjadi dalam kapasitas manajemen kewirausahaan akan diikuti perubahan kinerja pemerintahan daerah sebesar 44,5 persen. Sementara itu untuk perubahan 100 persen dalam budaya organisasi akan diikuti dengan perubahan kinerja pemerintah daerah sebesar 20 persen. Temuan ini, menurut Fachrudin, benar-benar penting. Karena itu untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah harus dimulai dari pembenahan kapasitas manajemen kewirausahaan dan orientasi budaya organisasi.

Dari situlah kemudian gubernur hingga pejabat eselon empat, bahkan staf, memiliki persepsi yang sama untuk menjadikan produksi jagung di provinsi Gorontalo meningkat menjadi 500 ribu ton per tahun. Selain jagung, Gorontalo juga bercita-cita memproduksi jumlah ternak (sapi) sehingga populasinya melebihi jumlah penduduik Prov Gorontalo sendiri yang baru 909 083 orang pada 2005. Kejelian dalam memilih komoditas yang menjadi andalan ini juga tidak terlepas dari upaya menumbuhkembangkan ekonomi rakyat dan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Kini provinsi Gorontalo telah menjalin kerjasama dengan pemerintah Malaysia dalam hal pengadaan jagung dan ternak sapi. Setiap pengusaha yang akan berbisnis komoditas ini di Malaysis harus lewat Gorontalo. Tidak mengherankan apabila daftar investor Malaysia yang siap menanamkan modalnya di provinsi yang baru berdiri pada 2001 ini terus meningkat. Hingga 2007 sudah ada tujuh perusahaan Malaysia yang berencana menanamkan modalnya di Gorontalo, khususnya untuk penanaman jagung dan penggemukan sapi.

Bramantyo Djohanputro PhD, Direktur Keuangan dan SDM PPM mengatakan dalam presentasinya bahwa untuk menarik investasi ke suatu daerah salah satu cara adalah dengan menjual potensi. Potensi daerah ini dapat dinyatakan dalam Location Quotient (LQ), yang mengindikasikan seberapa kuat suatu daerah menghasilkan suatu produk/sektor tertentu dibandingkan dengan daerah lain untuk produk/sektor yang sama. Apabila LQ di atas satu, maka hal itu mengindikasikan bahwa daerah tersebut kuat di produk/sektor yang dimilikinya. Ini merupakan salah satu ukuran kekuatan daya saing daerah tersebut.

Kedua, potensi juga dapat dinyatakan dalam bentuk luas lahan yang belum digarap, kapasitas sumber daya alam yang tersedia. Ketiga adalah potensi daerah berdasarkan kemampuan pasarnya untuk menyerap suatu produk tertentu. Alat ukur keempat tentang potensi daerah adalah inovasi, yang dinyatakan dengan kekuatan SDM. Kelima adalah potensi berbasis pada APBD.

Selain peluang, berbisnis di daerah juga memiliki tantangan-tantangan. FX Welirang, Wakil Presdir Indofood Sukses Makmur Tbk., mengatakan bahwa apabila menghadapi kendala di daerah pihaknya cenderung menyelesaikan permasalahan yang ada “secara adat.” Yang dimaksudkannya secara adat adalah “silaturahmi.” Ia mengambil contoh seorang kepala dinas di daerah tentu lebih merasa dihormati apabila yang datang ke tempat dia adalah seorang direktur dan bukan sekelas manajer dari perusahaan.

Pengalaman yang kuranglebih sama juga disampaikan Bobby Gafur Umar, Presdir Bakrie & Brothers Tbk. Sebagai perusahaan yang memiliki anak perusahaan bergerak di bidang perkebunan (Bakrie Sumatera Plantation), berbisnis di daerah sudah dimulai Bakrie sejak 1986. Selain melihat ketersediaan lahan dan tenaga kerja, strateginya berekspansinya ke daerah adalah dengan bekerjasama dengan pemda dan masyarakat setempat, melibatkan pengusaha dan petani setempat, serta mengenal karakter dan kebiasaan setempat. Bahkan ia memiliki karyawan yang tugasnya hanya nongkrong di kantor kepala desa dan di koperasi desa.

24 Strategic Change Leaders

Di sela-sela seminar pada hari pertama juga diluncurkan sebuah buku berjudul “24 Strategic Change Leaders,” yang merupakan kisah para alumni PPM dalam merespon masalah-masalah yang dihadapi di tempat mereka berkarier. Sebagian besar dari alumni ini sekarang masih aktif berkarier, sebagian lagi telah memasuki masa pensiun namun masih berkenan untuk diwawancarai perihal pengalamannya semasa masih menjabat. Menariknya, buku ini adalah hasil dari penuturan riil pengalaman mereka di lapangan, baik sebagai pimpinan di suatu BUMN, perusahaan multinasional, swasta nasional, maupun organisasi partai politik. Menyebarnya alumni PPM di berbagai perusahaan dan institusi di Indonesia ini juga merupakan asset, karena dapat menjadi jejaring yang potensial baik bagi sesama alumni sendiri maupun bagi calon mahasiswa yang akan belajar di PPM. Direktur Eksekutif Yayasan PPM, Tjahjono Soerjodibroto, mengatakan bahwa pembuatan buku ini merupakan knowledge internalisation dari eksplisit menjadi tacit. Sementara itu Anugerah Pekerti, yang ikut memberikan pengantarnya pada buku ini mengatakan bahwa perubahan-perubahan yang dilakukan oleh para alumni PPM ini bagaikan kepak kecil kupu-kupu yang diharapkan dapat menimbulkan badai.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home


 
AddMe - Search Engine Optimization